««•»»
Surah Luqman 6
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
««•»»
wamina alnnaasi man yasytarii lahwa alhadiitsi liyudhilla 'an sabiili allaahi bighayri 'ilmin wayattakhidzahaa huzuwan ulaa-ika lahum 'adzaabun muhiinun
««•»»
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
««•»»
Among the people is he who buys diversionary talk that he may lead [people] astray from Allah’s way without any knowledge, and he takes it in derision. For such there is a humiliating punishment.
««•»»
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan herhubungan dengan Nadar bin Haris. Ia membeli seorang hamba wanita yang bekerja sebagai penyanyi. Ia menyuruh wanita itu bernyanyi untuk orang yang hendak masuk Islam. Ia berkata kepadanya: "Berilah ia makanan, minuman dan nyanyian". Kemudian ia berkata kepada orang yang akan masuk Islam itu: "Ini adalah lebih baik dari yang diserukan Muhammad kepadamu, yaitu salat, puasa dan berperang membantunya".
Menurut riwayat Muqatil, Nadar bin Haris ini adalah seorang pedagang yang sering pergi ke Persia. Di sana ia membeli kitab-kitab yang bukan bahasa Arab, kemudian isi kitab itu disampaikannya kerpada orang-orang Quraisy, dengan mengatakan: "Jika Muhammad menceriterakan kepadamu kisah kaum Ad dan Samud, maka aku akan menceriterakan kepadamu kisah Rustam dan Isrindiar dan cerita-cerita raja-raja Persia". Kaum musyrikin Quraisy itu sering. mendengarkan perkataan Nadar ini, dan berpaling mereka dari mendengarkan Alquran.
Ayat ini menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang tidak mengacuhkan perkataan yang bermanfaat, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada agama dan memperbaiki budi pekertinya. Mereka lebih suka mengatakan perkataan-perkataan yang tidak ada manfaatnya, menyampaikan khurafat-khurafat, dongengan-dongengan orang purbakala, lelucon-lelucon yang tidak ada artinya, seperti yang dilakukan Nadar bin Haris. Kalau perlu mereka menggaji penyanyi-penyanyi untuk diperdengarkan suaranya kepada orang banyak. Isi nyanyiannya dan suaranya itu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merangsang orang yang mendengarnya, melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang dan berakibat tambah menjauhkan seseorang dari agamanya.
Diriwayatkan dari Nafi', ia berkata: "Aku berjalan bersama Abdullah bin Umar dalam suatu perjalanan , maka kedengaran-lah bunyi seruling, lalu Umar meletakkan anak jarinya ke lubang telinganya, agar ia tidak mendengar bunyi seruling itu dan ia menyimpang melalui jalan yang lain, kemudian ia berkata: "Ya Nafi", apakah engkau masih mendengar suara itu?". Aku menjawab: "Tidak". Maka ia mengeluarkan anak jarinya dari telinganya dan berkata: "Beginilah aku melihat yang diperbuat Rasulullah saw, jika ia mendengar bunyi semacam itu".
Pada riwayat yang lain dari Abdurrahman bin `Auf, bahwa Rasulullah saw bersabda:
إنما نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين صوت عند نغمة لهو ومزامير شيطان وصوت عند مصيبة خمش وجوه وشق جيوب ورنة شيطان.
Aku dilarang (mendengarkan)dua macam suara (bunyi) yang tidak ada artinya dan menimbulkan perbuatan jahat, yaitu suara lagu yang melalaikan dan seruling-seruling setan dan (kedua) suara ketika ditimpa musibah, yaitu yang menampar muka, mengoyak-ngoyak baju dan nyanyian setan.
Menurut Ibnu Masud, yang dimaksud dengan perkataan "lah wal hadis" dalam ayat ini, ialah nyanyian yang dapat menimbulkan kemunafikan di dalam hati. Sebagian ulama mengatakan bahwa semua suara , perkataan, nyanyian, bunyi-bunyian yang dapat merusak ketaatan kepada Allah dan mendorong orang-orang yang mendengarnya melakukan perbuatan yang terlarang. disebut "lahwal hadis".
Dari ayat dan hadis-hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dilarang itu ialah mendengarkan nyanyian yang dapat membangkitkan nafsu birahi yang menjurus ke perbuatan zina, seperti nyanyian yang berisi kata-kata kotor, demikian pula nyanyian atau musik yang menyebabkan pendengarnya mengerjakan perbuatan-perbuatan terlarang, seperti minum khamar dan sebagainya.
Mendengar nyanyian atau musik yang tujuannya untuk melapangkan pikiran waktu-waktu istirahat, waktu hari raya tidaklah di larang. Bahkan disuruh mendengarkannya, jika nyanyian atau musik itu mempunyai arti yang baik, menambah iman, memperbaiki budi pekerti, menambah semangat bekerja dan berjuang.
Berkata Qusyairi: "Ditabuh gendang di hadapan Nabi saw, waktu beliau memasuki kota Medinah, lalu Abu Bakar ingin menghentikannya, maka Rasulullah saw berkata: "Biarkanlah mereka menabuh gendang, hai Abu Bakar, hingga orang-orang Yahudi mengetahui bahwa agama kita tidak sempit". Mereka menabuh gendang disertai dengan nyanyian-nyanyian dan syair-syair, di antara bait-baitnya berbunyi: "Nahnu Banatun Najjar. Habbaza Muhammadun min Jar" (kami adalah wanita-wanita Bani Najjar. alangkah baiknya nasib kami, Muhammad menjadi tetangga kami".
Demikian pula Rasulullah saw menyuruh menabuh gendang di waktu melaksanakan walimah suatu perkawinan.
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan akibat mendengar dan memperdengarkan nyanyian, musik dan perkataan yang terlarang itu, yaitu mereka akan memperoleh azab yang sangat menghinakan di hari kiamat, akibat perbuatan mereka yang tidak mengindahkan yang hak dan memilih kebatilan, menukar petunjuk dengan dosa.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna) maksudnya (untuk menyesatkan) manusia; lafal ayat ini dapat dibaca liyadhilla dan liyudhilla (dari jalan Allah) dari jalan Islam (tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu) kalau dibaca nashab yaitu wa yattakhidzahaa berarti diathafkan kepada lafal yudhilla, dan jika dibaca rafa' yaitu wa yattakhidzuhaa, berarti diathafkan kepada lafal yasytarii (olok-olokan) menjadi objek ejekan dan olokan mereka. (Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan) azab yang hina sekali.
««•»»
And among people there is he who purchases idle talk, in other words, that [part of it] which diverts [people] from its [true] significance, that he may lead [people] astray (read li-yadilla; or li-yudilla) from the way of God, the religion of Islam, without knowledge and take it (read [subjunctive] wa-yattakhidhahā as a supplement to yudilla, ‘that he may lead astray’; or [indicative] wa-yattakhidhuhā as a supplement to yashtarī, ‘who buys’) in mockery, as something to be mocked. For such there will be a humiliating chastisement, one of abasement.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa orang-orang ahli kitab bertanya kepada Rasulullah saw. tentang roh.
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan Rabbku,' tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(QS. Al Israa [17]:85)
Kemudian orang-orang ahli kitab itu berkata, "Apakah kamu menduga bahwa kami tidak diberi ilmu melainkan sedikit, sedangkan kami telah diberi kitab Taurat dan kitab Taurat itu adalah hikmah, dan barang siapa yang diberi hikmah maka sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak."
Maka turunlah firman-Nya,
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena..."
(QS. Luqman [31]:27)
Ibnu Ishak mengetengahkan sebuah hadis melalui Atha' bin Yasar yang menceritakan,
bahwa telah turun di Mekah ayat ini, yaitu firman-Nya,
"Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit."
(QS. Al Israa [17]:85)
Ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, lalu para pendeta Yahudi mendatanginya seraya bertanya, "Benarkah bahwa engkau telah mengatakan,
'Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit.'
(QS. Al Israa [17]:85)
Apakah kamu mengalamatkannya kepada kami ataukah kepada kaummu sendiri?" Rasulullah saw. menjawab, "Aku alamatkan kepada semuanya tanpa kecuali." Lalu mereka berkata, "Bukankah kamu telah membaca dalam kitabmu, bahwa sesungguhnya kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terkandung penjelasan segala sesuatu?" Rasulullah saw. menjawab, "Itu menurut ilmu Allah masih sedikit."
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena..."
(QS. Luqman [31]:27)
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis yang sama lafalnya melalui Said atau Ikrimah yang bersumberkan dari Ibnu Abbas r.a. Abu Syekh mengetengahkan sebuah hadis di dalam kitab Al-'Uzhmah-nya demikian pula Ibnu Jarir yang kedua-duanya melalui Qatadah. Qatadah menceritakan, bahwa orang-orang musyrik berkata, "Sesungguhnya (Alquran) ini adalah perkataan yang sedikit lagi akan habis."
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi..."
(QS. Luqman [31]:27)
Surah Luqman 6
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
««•»»
wamina alnnaasi man yasytarii lahwa alhadiitsi liyudhilla 'an sabiili allaahi bighayri 'ilmin wayattakhidzahaa huzuwan ulaa-ika lahum 'adzaabun muhiinun
««•»»
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
««•»»
Among the people is he who buys diversionary talk that he may lead [people] astray from Allah’s way without any knowledge, and he takes it in derision. For such there is a humiliating punishment.
««•»»
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan herhubungan dengan Nadar bin Haris. Ia membeli seorang hamba wanita yang bekerja sebagai penyanyi. Ia menyuruh wanita itu bernyanyi untuk orang yang hendak masuk Islam. Ia berkata kepadanya: "Berilah ia makanan, minuman dan nyanyian". Kemudian ia berkata kepada orang yang akan masuk Islam itu: "Ini adalah lebih baik dari yang diserukan Muhammad kepadamu, yaitu salat, puasa dan berperang membantunya".
Menurut riwayat Muqatil, Nadar bin Haris ini adalah seorang pedagang yang sering pergi ke Persia. Di sana ia membeli kitab-kitab yang bukan bahasa Arab, kemudian isi kitab itu disampaikannya kerpada orang-orang Quraisy, dengan mengatakan: "Jika Muhammad menceriterakan kepadamu kisah kaum Ad dan Samud, maka aku akan menceriterakan kepadamu kisah Rustam dan Isrindiar dan cerita-cerita raja-raja Persia". Kaum musyrikin Quraisy itu sering. mendengarkan perkataan Nadar ini, dan berpaling mereka dari mendengarkan Alquran.
Ayat ini menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang tidak mengacuhkan perkataan yang bermanfaat, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada agama dan memperbaiki budi pekertinya. Mereka lebih suka mengatakan perkataan-perkataan yang tidak ada manfaatnya, menyampaikan khurafat-khurafat, dongengan-dongengan orang purbakala, lelucon-lelucon yang tidak ada artinya, seperti yang dilakukan Nadar bin Haris. Kalau perlu mereka menggaji penyanyi-penyanyi untuk diperdengarkan suaranya kepada orang banyak. Isi nyanyiannya dan suaranya itu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merangsang orang yang mendengarnya, melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang dan berakibat tambah menjauhkan seseorang dari agamanya.
Diriwayatkan dari Nafi', ia berkata: "Aku berjalan bersama Abdullah bin Umar dalam suatu perjalanan , maka kedengaran-lah bunyi seruling, lalu Umar meletakkan anak jarinya ke lubang telinganya, agar ia tidak mendengar bunyi seruling itu dan ia menyimpang melalui jalan yang lain, kemudian ia berkata: "Ya Nafi", apakah engkau masih mendengar suara itu?". Aku menjawab: "Tidak". Maka ia mengeluarkan anak jarinya dari telinganya dan berkata: "Beginilah aku melihat yang diperbuat Rasulullah saw, jika ia mendengar bunyi semacam itu".
Pada riwayat yang lain dari Abdurrahman bin `Auf, bahwa Rasulullah saw bersabda:
إنما نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين صوت عند نغمة لهو ومزامير شيطان وصوت عند مصيبة خمش وجوه وشق جيوب ورنة شيطان.
Aku dilarang (mendengarkan)dua macam suara (bunyi) yang tidak ada artinya dan menimbulkan perbuatan jahat, yaitu suara lagu yang melalaikan dan seruling-seruling setan dan (kedua) suara ketika ditimpa musibah, yaitu yang menampar muka, mengoyak-ngoyak baju dan nyanyian setan.
Menurut Ibnu Masud, yang dimaksud dengan perkataan "lah wal hadis" dalam ayat ini, ialah nyanyian yang dapat menimbulkan kemunafikan di dalam hati. Sebagian ulama mengatakan bahwa semua suara , perkataan, nyanyian, bunyi-bunyian yang dapat merusak ketaatan kepada Allah dan mendorong orang-orang yang mendengarnya melakukan perbuatan yang terlarang. disebut "lahwal hadis".
Dari ayat dan hadis-hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dilarang itu ialah mendengarkan nyanyian yang dapat membangkitkan nafsu birahi yang menjurus ke perbuatan zina, seperti nyanyian yang berisi kata-kata kotor, demikian pula nyanyian atau musik yang menyebabkan pendengarnya mengerjakan perbuatan-perbuatan terlarang, seperti minum khamar dan sebagainya.
Mendengar nyanyian atau musik yang tujuannya untuk melapangkan pikiran waktu-waktu istirahat, waktu hari raya tidaklah di larang. Bahkan disuruh mendengarkannya, jika nyanyian atau musik itu mempunyai arti yang baik, menambah iman, memperbaiki budi pekerti, menambah semangat bekerja dan berjuang.
Berkata Qusyairi: "Ditabuh gendang di hadapan Nabi saw, waktu beliau memasuki kota Medinah, lalu Abu Bakar ingin menghentikannya, maka Rasulullah saw berkata: "Biarkanlah mereka menabuh gendang, hai Abu Bakar, hingga orang-orang Yahudi mengetahui bahwa agama kita tidak sempit". Mereka menabuh gendang disertai dengan nyanyian-nyanyian dan syair-syair, di antara bait-baitnya berbunyi: "Nahnu Banatun Najjar. Habbaza Muhammadun min Jar" (kami adalah wanita-wanita Bani Najjar. alangkah baiknya nasib kami, Muhammad menjadi tetangga kami".
Demikian pula Rasulullah saw menyuruh menabuh gendang di waktu melaksanakan walimah suatu perkawinan.
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan akibat mendengar dan memperdengarkan nyanyian, musik dan perkataan yang terlarang itu, yaitu mereka akan memperoleh azab yang sangat menghinakan di hari kiamat, akibat perbuatan mereka yang tidak mengindahkan yang hak dan memilih kebatilan, menukar petunjuk dengan dosa.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna) maksudnya (untuk menyesatkan) manusia; lafal ayat ini dapat dibaca liyadhilla dan liyudhilla (dari jalan Allah) dari jalan Islam (tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu) kalau dibaca nashab yaitu wa yattakhidzahaa berarti diathafkan kepada lafal yudhilla, dan jika dibaca rafa' yaitu wa yattakhidzuhaa, berarti diathafkan kepada lafal yasytarii (olok-olokan) menjadi objek ejekan dan olokan mereka. (Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan) azab yang hina sekali.
««•»»
And among people there is he who purchases idle talk, in other words, that [part of it] which diverts [people] from its [true] significance, that he may lead [people] astray (read li-yadilla; or li-yudilla) from the way of God, the religion of Islam, without knowledge and take it (read [subjunctive] wa-yattakhidhahā as a supplement to yudilla, ‘that he may lead astray’; or [indicative] wa-yattakhidhuhā as a supplement to yashtarī, ‘who buys’) in mockery, as something to be mocked. For such there will be a humiliating chastisement, one of abasement.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa orang-orang ahli kitab bertanya kepada Rasulullah saw. tentang roh.
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan Rabbku,' tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(QS. Al Israa [17]:85)
Kemudian orang-orang ahli kitab itu berkata, "Apakah kamu menduga bahwa kami tidak diberi ilmu melainkan sedikit, sedangkan kami telah diberi kitab Taurat dan kitab Taurat itu adalah hikmah, dan barang siapa yang diberi hikmah maka sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak."
Maka turunlah firman-Nya,
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena..."
(QS. Luqman [31]:27)
Ibnu Ishak mengetengahkan sebuah hadis melalui Atha' bin Yasar yang menceritakan,
bahwa telah turun di Mekah ayat ini, yaitu firman-Nya,
"Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit."
(QS. Al Israa [17]:85)
Ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, lalu para pendeta Yahudi mendatanginya seraya bertanya, "Benarkah bahwa engkau telah mengatakan,
'Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit.'
(QS. Al Israa [17]:85)
Apakah kamu mengalamatkannya kepada kami ataukah kepada kaummu sendiri?" Rasulullah saw. menjawab, "Aku alamatkan kepada semuanya tanpa kecuali." Lalu mereka berkata, "Bukankah kamu telah membaca dalam kitabmu, bahwa sesungguhnya kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terkandung penjelasan segala sesuatu?" Rasulullah saw. menjawab, "Itu menurut ilmu Allah masih sedikit."
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena..."
(QS. Luqman [31]:27)
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis yang sama lafalnya melalui Said atau Ikrimah yang bersumberkan dari Ibnu Abbas r.a. Abu Syekh mengetengahkan sebuah hadis di dalam kitab Al-'Uzhmah-nya demikian pula Ibnu Jarir yang kedua-duanya melalui Qatadah. Qatadah menceritakan, bahwa orang-orang musyrik berkata, "Sesungguhnya (Alquran) ini adalah perkataan yang sedikit lagi akan habis."
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi..."
(QS. Luqman [31]:27)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 5]•[AYAT 7]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
6of34
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=31&tAyahNo=6&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#31:6
•[AYAT 5]•[AYAT 7]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
6of34
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=31&tAyahNo=6&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#31:6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar